Sunday, April 30, 2017

Aku Menysal Telah Mengijinkan Istriku Untuk Bekerja


                                         
                                 

Mengijinkan Bekerja, Istriku Malah Selingkuh


                         

   Saya dan istri telah bercerai sekitar 1 tahun lalu. Saya memiliki 2 orang anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki. Keempatnya ikut saya. Keadaan ini tentu saja membuat saya menjadi repot, karena harus mengurus rumah plus cari nafkah juga. Apalagi anak-anak saya semua masih kecil-kecil. Yang paling sulung kelas 2 SD, yang paling bungsu masih berusia 3 tahun.

Sudah 1 tahun berlalu, namun sampai sekarang rasanya masih sulit untuk diterima, terkadang ada rasa kangen, kecewa, mengapa bisa terjadi. Karena memang saya tidak ada niat mau bercerai, gak terbayang dan terpikirkan soal cerai.

 Awal mula perselingkuhan istri tidak lepas dari kesalahan saya juga, yaitu mengizinkan istri untuk bekerja. Selama menikah memang saya suruh istri tugasnya jadi ibu rumah tangga saja, mengurus anak. Namun pada tahun ke 8, karena istri mendesak terus, akhirnya terpaksa saya izinkan istri untuk kerja. Karena menurut saya barangkali dia hanya bosan di rumah dan iri dengan teman-teman kuliah dia dulu yang sudah kerja semua di perusahaan-perusahaan.

Setelah 1 tahun kerja timbul masalah, kata orang “tumbuh cinta karena terbiasa”. Di tempat kerja mungkin istri saya biasa ketemu dan makan bareng habis kerja sama rekan nya, dan akhirnya timbulah perselingkuhan.

Gelagatnya pun mulai berubah, yang tadi keibuan berubah jadi pemarah, dan selalu melihat apa saja yang saya lakukan salah, apa yang saya beri kurang, dan sebagainya.

Namun sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Suatu hari saya dapat telpon dari petugas, saya di suruh datang menjemput istri , pada saat itu terbuka semuanya, ternyata istri tertangkap razia gabungan di kamar hotel kelas melati sama pasangan selingkuhnya, dan istri dari pasangan selingkuhnya juga dipanggil.

 Hancur sudah, semua terasa gelap. Saya ingat betul betapa hancur dan sakitnya hati saya. Di sebelah sana juga saya lihat istri dari pasangan selingkuh istri saya menangis tiada henti .

Walaupun istri sempat cium kaki dan sujud di kaki saya waktu itu untuk mohon maaf, namun tetap sulit untuk menerimanya kembali. Butuh 4 orang petugas polisi untuk mendekap dan menenangkan saya agar tidak melakukan kekerasan, karena jujur saat itu pikiran sudah gelap.

Tidak terbayang istriku bisa selingkuh, yah memang saya kalah tampan dan kalah tinggi , apalagi bertubuh atletis berotot seperti pasangan selingkuhnya. Secara fisik saya kalah jauh karena saya tidak tampan, tidak tinggi, dan juga tidak atletis berotot. Paling tidak saya bertanggung jawab soal keluarga dan saya juga pekerja keras, dan saya juga hapal Al – Quran sejak lulus kuliah.

Dan sekalian saya berpesan untuk semua lelaki-lekaki tampan dan wanita-wanita cantik di luaran sana , ingatlah Allah sudah memberikan kelebihan fisik di atas rata-rata kepada kalian namun janganlah kalian gunakan kelebihan fisik tersebut untuk merusak dan menghancurkan rumah tangga seseorang, ingatlah yang kalian sakiti pada saat berselingkuh bukan 1 orang saja, tapi 1 keluarga, anak istri dan suami orang lain jadi korban semua.

Dan bila ada istri atau suami seseorang yang tertarik kepadamu, menjauhlah dan ingatkan mereka soal anak dan suami / istri yang menunggu nya di rumah, mudah-mudahan mereka sadar dan Allah ganti kebaikan yang kamu lakukan dengan pahala dan derajat yang tinggi.

Butuh waktu untuk sembuh, walau sudah 1 tahun masih ada rasa sesak jika teringat, walau tidak seperti dulu. Seorang sahabat mengatakan “itu Allah baik sama kamu, kasih liat watak istrimu yang sebenarnya, penghianat pergi tidak usah kau tangisi”.

Bicara memang mudah kawan, tapi bila tidak mengalami dan merasakan sendiri tentu pasti tahu butuh waktu untuk menata kepingan hati yang hancur berantakan, walau pun berhasil tertata tidak akan seperti dulu kawan, ada bekas luka di sana yang kau bisa rasakan, ada duka di wajahku yang kau tidak bisa hapus walau dengan lelucon dan tingkahmu yang kadang teramat konyol, dan ada getir di suaraku yang kau bisa dengar , dan tidak kah kau melihat kawan ? Jalanku pun tidak lagi tegap seperti dulu.

Rumah yang di bangun dengan susah payah serasa tidak berarti lagi, terasa sepi, andai tidak ingat anak-anak tentu sudah lama rumah ini saya tinggalkan, terlalu banyak kenangan di rumah ini. Ranjang pun terasa dingin, tidak ada lagi yang bisa kupeluk , tidak ada lagi yang bisa ku ajak berbagi cerita di kamar, berbagi beban dunia, dan tidak ada lagi kecupan menyambut pagi.

Ah, andai bisa kuputar waktu, tentu tidak akan kuizinkan istriku untuk bekerja istriku. Andai cintaku dulu cuma melakukan kesalahan soal uang, tentu akan aku maafkan dan bayar berapa pun kesalahan uang yang dia lakukan.

Entah apa yang Allah takdirkan untuk ku, andai saja aku bisa mengintip kitab yang sudah tertulis Lauh Mahfuz, aku berdoa semoga di sana tertulis juga akhir yang baik, dan tertulis nama pengganti pasangan yang sudah Kau usir dari sisi ku.

Ah istriku, andai kau lebih bersyukur dengan apa yang ada, tentu tidak akan ide untuk bekerja di pikiranmu. Andai saja izin itu tidak kuberikan selamanya, tentu saat ini kau masih dalam pelukanku.

Ah andai saja ketampanan semu itu tidak menggodamu, dan senyum manismu tidak membuat dia terpikat, tentu semua ini tidak akan terjadi. Entahlah siapa yang jadi iblisnya di sini, kamu atau dia.

Walaupun aku tahu kamu sangat menyesali nya, tentu saja berat untukku menerima mu kembali, bukankah Allah sudah berfirman :

    “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). ” ( An Nuur – 26 )

Entahlah, apa ini cobaan untukku, dan ujian buat istri ku dulu, yang ternyata dia tidak lulus.

Ah istri ku, andai saja kau bersabar, kalau sekedar ketampanan yang kau cari tentu aku juga bisa lebih tampan nanti ketika di surga dan kau akan tetap jadi bidadari ku di sana, ingatkah kau firman Allah :

    “Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqmaan: 33)

Yang pasti sudah ku sadari , ternyata kebahagiaan di dunia ini semu.

– kadang ada kebahagiaan di sisi materi, namun keharmonisan dan kebahagian rumah tangga di hilangkan.
– kadang rumah tangga harmonis, namun di sisi materi mereka kesusahan.
– materi cukup , rumah tangga dan keluarga harmonis, ujian penyakit kau timpakan Ya Allah.

Sungguh benar firman mu ya Allah :

    “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al Hadid: 20)

Ah istri ku andai saja kau tidak bertemu lagi dengan teman-teman SMA mu dulu, tentu kau tidak akan bergabung di group BBM mereka, yang selalu membanggakan enaknya bekerja di perusahaan ini itu, dan tidak menuruti perkataan temanmu untuk bekerja juga.

Andai saja ku teruskan latihan hapalan Al Quran-mu yang sudah 56 surah tentu kau tidak lupa dengan firman Allah :

    “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116).

Sungguh mencari nafkah tiada henti telah melalaikan ku mendidik dan membimbingmu cinta.







              sumber : http://kisahnyata.org/curhat/mengijinkan-bekerja-istriku-malah-selingkuh/

Maafkan Aku Suamiku... Aku Telah Minghiyanatimu





      Sebut saja namaku Riska. Aku seorang istri dan juga wanita karir yang bekerja di salah satu instansi pemerintah di Sumatera. Sementara suamiku bekerja di salah satu BUMN. Secara ekonomi sebenarnya kami bisa dibilang cukup, namun gaya hidup terkadang membuat segalanya menjadi terasa kurang.

Aku dan suami telah dianugerahi seorang putra dan seorang putri yang pintar dan cakep-cakep. Kelihatan indah dan sempurna dari luar, tapi dari dalam, semuanya aku rusak karena perbuatanku sendiri.

Kisah ini bermula ketika suamiku dipindahtugaskan ke Ibukota. Anak-anak tetap tinggal bersamaku. Ada perasaan sedih karena harus berpisah jauh dari suami, tapi entah mengapa, di dalam lubuk hatiku yang paling dalam, ada juga muncul perasaan senang. Saat itu aku tak tau mengapa.

Seiring berjalannya waktu, baru aku sadar mengapa perasaan senang itu ada. Sesaat sebelum suamiku pindah tugas, aku telah dekat dengan atasanku sendiri.

Sebut saja Andi. Dia adalah seorang laki-laki yang sudah dewasa secara usia. Namun masih belum menikah.

Semua berawal dari komunikasi masalah pekerjaan, akhirnya berlanjut ke masalah pribadi dan hal-hal sensitif. Setiap saat selalu terjalin chit chat via Whatsapp sekedar membicarakan kegiatan apa hari ini, sedang apa, udah makan apa belum, dan seterusnya. Bahkan saat makan dengan teman atau apapun kegiatanku aku sempatkan untuk mengirimkan foto kepadanya.

Hal ini berlanjut terus hingga beberapa bulan. Rasa sepi mulai membuatku hilang akal. Hingga akhirnya aku mengajaknya untuk melakukan hubungan badan. Yaa.. Aku yang mengajaknya duluan.

Namun ‘sialnya’ saat itu Andi menolaknya. Aku tau itu cuma trik lelaki untuk menunjukkan kalau sebenarnya dia adalah cowok baik-baik. Atau jika terjadi sesuatu, dia tidak mau disalahkan, alasannya karena sebenarnya dia tidak mau. Takut dosa? Tidak mungkin. Karena aku tau dia bukan cowok alim. Sholat saja tidak pernah.

Atau mungkin dia homo seksual?

Atau mungkin juga dia impoten?

Aku masih tak tau.

Chit chat berlanjut terus hingga larut malam. Akhirnya malam itu dia hanya minta foto telanjang dari diriku. Entah setan apa yang merasukiku, aku pun menyanggupinya.

Dinginnya malam tak mampu mengurungkan niatku untuk membiarkan tubuhku tanpa sehelai benangpun yang melekat. Foto terkirim..

Jujur hal ini bisa membuat diriku merasakan sensasi yang aneh dan membuatku terangsang hebat. Isi percakapan kami pun sudah diluar batas kewajaran, sangat jorok dan pasti membuat jijik orang yang membacanya

Ternyata hubungan ini menimbulkan kesenangan tersendiri bagiku. Aku mulai lupa daratan. Anak-anak mulai aku abaikan. Waktu untuk mereka pun berkurang drastis. Aku lebih memilih pulang malam dengan alasan lembur dan dekat dengan Andi daripada harus segera pulang dan bertemu anak-anak.

Sesampainya dirumah pun aku masih sibuk saja chit chat dengannya hingga larut malam. Via Whatsapp atau telpon sesekali daripada harus memperhatikan anak-anakku sendiri. Hingga pagi harinya aku merasa masih ngantuk karena tidur terlalu larut, tentu saja hal ini membuatku gampang emosi sama anak-anak kalau mereka rewel saat mau pergi ke sekolah.

Kasihan suamiku, setiap suamiku nelpon aku selalu marah-marah tanpa alasan yang jelas. Kesalahan kecil aku besar-besarkan. Hingga akhirnya suamiku depresi dan jatuh sakit.

Aku melakukan hal itu tentu ada tujuannya, agar suamiku enggan menelponku, sehingga aku bisa bebas. Kadang-kadang sengaja aku tidak mengangkat telpon suami saat aku lagi bersama Andi. Bahkan nama suamiku di contact telpon pun aku ganti. Agar saat suamiku menelpon, Andi tetap tenang dan tidak canggung saat bersamaku.

Selalu setiap pulang kantor, kami sempatkan untuk jalan berdua mencari cafe untuk sekedar nongkrong atau makan malam. Muter-muter keliling kota tanpa arah. Sebenarnya agar kami bisa bercumbu di dalam mobil. Karena kami masih takut untuk booking hotel saat itu. Takut ada yang lihat, karena kota tempat aku tinggal tidak terlalu besar.

Setelah hubungan kami berjalan 5 bulan, Andi mengajakku berhubungan badan, namun syaratnya harus di luar kota, sekalian liburan. Hal ini tentu membuatku kegirangan, aku seperti kesetanan dan hilang akal. Aku mulai browsing-browsing tempat wisata yang indah dan jauh dari tempat aku tinggal. Aku mulai mencari cara bagaimana agar suamiku tidak mengetahuinya dan tidak menghubungiku lagi.

Keesokan harinya, aku pun menelpon suamiku sambil marah-marah dan memaki-makinya tanpa alasan yang jelas, kemudian minta diceraikan. Aku meminta agar suamiku membawa salah satu dari anak kami untuk dibawa bersamanya dengan alasan anak-anak rewel dan aku tak sanggup mengurusnya. Juga meminta agar suamiku tidak menghubungiku lagi.

Ini kesempatan buatku, pikirku. Kemudian saat weekend, kami membuat rencana akan liburan ke Bali. Akhirnya perbuatan laknat itu pun terjadi. Selama dua hari di Bali entah sudah berapa kali kami melakukannya.

Setelah kejadian itu, aku semakin berubah, semakin lupa daratan. Aku sudah tidak menghormati suamiku lagi, tidak mengganggapnya ada.

Suamiku merasakan perubahan sikapku, perangaiku berubah drastis. Apa saja aku ributkan agar suamiku muak denganku. Hal ini menimbulkan kecurigaan dalam hatinya. Sehingga dia memilih segera pulang saat itu juga.

Sesampai di rumah. Aku menceritakan semuanya. Apa yang telah aku perbuat, dan apa yang aku rasakan. Aku mengatakan kalau aku sudah tidak mencintainya lagi, aku mencintai laki-laki lain, Andi.
“Aku minta cerai Mas.. !”

Sontak saat itu juga suamiku terdiam, lalu tak sanggup membendung air matanya. Terlihat wajah sendunya sangat berat untuk mengikhlaskan aku. Karena aku tau memang dia sangat mencintaiku.

Dengan suara yang berat..

“Baiklah Bunda, jika memang itu yang Bunda inginkan. Papa ikhlas melepaskan Bunda, semoga Bunda bahagia dengannya dan tidak pernah menyesal akan keputusan ini. Maaf kalau Papa tidak bisa membahagiakan Bunda selama ini hingga kejadian ini bisa terjadi.”

Itu lah kata-kata perpisahan yang sempat terucap dari suamiku.

Aku kegirangan, kemudian aku menelpon Andi dan menyampaikan kabar gembira ini.

Tak kusangka, jawaban Andi ternyata diluar perkiraanku. Dia memarahiku. Mengapa sampai harus diceritakan ke suami dan meminta cerai. Dia mengatakan kalau selama ini dia hanya ingin bersenang-senang saja denganku, hanya ingin menikmati tubuhku, bukan memilikiku.

Tubuhku terasa lemas, jantungku seperti berhenti berdetak, semua terasa gelap. Aku merasakan kehilangan segalanya. Anak-anak dan suami yang sangat mencintaiku. Aku hancurkan segalanya yang telah kami bangun selama ini.

Ah seandainya bukan kenikmatan dunia yang aku cari, bukan harta yang banyak, tentu hal ini tidak sampai terjadi. Aku merasa sangat hina, sangat rendah. Aku telah menginjak-injak harga diriku sendiri.

Masih pantaskah aku dimaafkan oleh suamiku?








 Sumber : http://kisahnyata.org/curhat/maafkan-aku-suamiku-aku-selingkuh-dengan-atasanku/

Istriku Selingkuh

   
      Malam itu saya merasa bimbang, ketika saya menatap jam dinding terlihat jarum jam mengarah angka 11, saat itu hujan turun dengan derasnya. Kedua anakku sudah tertidur dengan lelap, namun saya masih terjaga, menunggu istriku pulang kerja, tak biasanya hingga selarut ini dia belum pulang, sudah berkali-kali saya mencoba menghubunginya lewat telepon namun ternyata teleponnya tidak aktif. Belum selesai kebimbanganku, tiba-tiba handphoneku berdering, ada panggilan masuk dari nomor tak dikenal


                        polisi : Selamat malam pak...Benar ini bapak Bambang?
                        Aku : Iya betul pak, ini dari siapa yah?
                       pol : ini dari kepolisian pak, kami menginformasikan bahwa istri anda terkena razia di                                   hotel , kami harap anda segera menuju ke kantor untuk dimintai keterangan.

     Telepon masih berbunyi dari bapak polisi, ketika jantung saya berdetak sangat kencang setelah mendengar perkataannya saat itu, saya diam membayangkan apa yang terjadi dengan istri saya, gemetar seluruh badan saya, mata memandang langit-langit namun pandangan saya kosong. Beberapa saat saya terpaku, akhirnya saya memutuskan menuju ke kantor polisi dengan sisa-sisa tenaga saya, memaksakan tubuh yang kaku karena terkejut ini, saya sengaja pergi ke sana sendirian meninggalkan anak-anak saya di rumah.


      1 tahun yang lalu!

   Saya adalah seorang pegawai di salah satu kantor, saya memiliki seorang istri cantik yang sangat saya cintai, kami telah memiliki 4 orang anak yang lucu dan menggemaskan. Ketika itu kami membutuhkan uang karena gaji saya dari kantor tidak mencukupi untuk menutup kebutuhan mendadak itu. Istri saya berinisiatif untuk bekerja, dia mau membantu saya agar mendapatkan penghasilan tmabahan saat itu, awalnya saya menolak karena saya berharap istri saya untuk menjaga rumah dan anak-anak kami, namun karena dia terus memaksa akhirnya saya dengan terpaksa mengizinkannya.
Beberapa saat kemudian dia sudah mulai bekerja di salah satu kantor swasta di daerah kami, katanya dia sangat menyukai tempat kerjanya, teman-temannya ramah, pekerjaannya tidak terlalu berat, dan gajinya juga lumayan besar, bahkan lebih besar dari gaji saya sendiri. Saat itu dia berangkat kerja jam 7 pagi, dan pulang jam 5 sore, saya pikir itu hal yang wajar dan tidak mengganggu keharmonisan keluarga kami, karena di malam hari kami masih bisa bersama dengan keluarga.

    Namun setela setengah tahun, kehidupan kami seakan berubah, istri saya hampir tak pernah saya temui, dia berangkat pagi dan pulang sangat larut, bahkan kadang dini hari baru sampai di rumah. Dia beralasan ke luar kota karena ada urusan kantor, atau rapat, atau terkadang dia beralasan bahwa temannya mengadakan pesta di kantor, saya selalu mencoba untuk berfikir postif dan percaya kepada istri saya. Hingga sekian lamanya akhirnya saya mulai mencium gelagat tak enak yang ditampakkan istri saya, dia mulai berubah menjadi seorang wanita yang pemarah, anak-anaknya ketakutan menatap ibunya sendiri, kami tak pernah mendapat kasih sayang darinya, dan bahkan saya sendiri yang harus mengurus anak-anak saya, saya harus mencuci baju mereka, membuatkan makanan untuk mereka, dan kebutuhan lain yang seharusnya menjadi tanggung jawab istri saya.

    Kembali malam ini!
      
   Sesampainya di kantor polisi, saya bertemu dengan bapak polisi di sana, saya menjelaskan kepentingan saya, dan mereka menjelaskan bahwa istri saya terkena razia di sebuah hotel dengan seorang pria, dia sedang berbuat mesum di sana, hingga akhirnya ditangkap oleh polisi yang bertugas, Mendengar penuturan pak polisi, kaki saya langsung lemas, jantung saya berdetak sangat kencang, tak terasa air mata saya menetes dengan derasnya. Seorang wanita yang sudah hampir 10 tahun ada di samping saya, yang selalu saya cntai, yang memberikan 4 orang anak yang saya sayangi, dia yang saya pilih, dia yang menjadi alasan saya berjuang dalam hidup ini, dia yang ternyata kini menghianati saya dengan orang lain.
Masih dalam keadaan kaget dan bingung, tiba-tiba datang sesosok wanita yang tak lain adalah istri saya, dia menangis sejadi-jadinya, mencium kaki saya, meminta maaf kepada saya, namun saya seakan tak mendengar apapun yang dia katakan, saya masih terpaku dalam kesedihan saya. Dan tanpa saya sadari, saya menendang kaki saya, hingga istri saya terlempar, namun dia kembali lagi memegangi kaki saya sambil menangis dan memohon ampun, pikiran saya sudah kalap saat itu hingga hampir saya memukuli istri saya sendiri sebelum para polisi menahan saya dari amarah saya ini. Kemudian setelah saya ditenangkan, saya nekad melihat sosok pria yang telah menghancurkan rumah tangga saya, dan memang saya akui dia lebih tampan, lebih gagah, dan lebih kuat, namun saya sangat murka melihat pria itu hingga tanpa kendali saya mencoba membabi buta menyerangnya, dan lagi-lagi pak polisi melerai saya dan menenangkan saya saat itu.

    Setelah sedikit tenang, kemudian saya mencoba mengendalikan diri saya sendiri, saya sudah memutuskan, saat itu saya menemui istri saya sambil ditemani pak polisi, saya ucapkan dengan tegas "KAMU SAYA CERAIKAN!!!". Kemudian istri saya menangis dan mencoba memohon ampun kepada saya, namun saat itu saya tak memperdulikannya, saya segera melangkah pergi dari kantor polisi, dan kembali ke rumah sambil mencari jawaban yang tepat untuk pertanyaan anak-anak saya yang nantinya pasti akan mencari sosok ibunya.
Ini adalah sebuah kisah nyata, pengakuan seorang suami yang telah dikhianati oleh istrinya, dan ini adalah pelajaran untuk kita semua, jika kita sebagai suami masih mampu menafkahi istri dan anak kita, lebih baik kita suruh istri jadi ibu rumah tangga saja, itu lebih baik untuk keutuhan rumah tangga kita, untuk para istri yang merasa pintar, kalian jauh lebih baik jika menjadi ibu rumah tangga, walaupun dibandingkan dengan jabatan tertinggi di kantor manapun. Untuk para pria hidung belang di luar sana, ingatlah wanita yang kalian selingkuhi, bukan hanya suaminya yang sakit hati, namun anak-anak dan keluarga besarnya juga ikut merasakan akibatnya karena kelakuan kalian, sadarlah!





Sumber : http://kisah-tertulis.blogspot.ae/2015/12/kisah-suami-yang-diselingkuhi-istrinya.html