Mengijinkan Bekerja, Istriku Malah Selingkuh
Saya dan istri telah bercerai sekitar 1 tahun lalu. Saya memiliki 2 orang anak, 1 perempuan dan 1 laki-laki. Keempatnya ikut saya. Keadaan ini tentu saja membuat saya menjadi repot, karena harus mengurus rumah plus cari nafkah juga. Apalagi anak-anak saya semua masih kecil-kecil. Yang paling sulung kelas 2 SD, yang paling bungsu masih berusia 3 tahun.
Sudah 1 tahun berlalu, namun sampai sekarang rasanya masih sulit untuk diterima, terkadang ada rasa kangen, kecewa, mengapa bisa terjadi. Karena memang saya tidak ada niat mau bercerai, gak terbayang dan terpikirkan soal cerai.
Awal mula perselingkuhan istri tidak lepas dari kesalahan saya juga, yaitu mengizinkan istri untuk bekerja. Selama menikah memang saya suruh istri tugasnya jadi ibu rumah tangga saja, mengurus anak. Namun pada tahun ke 8, karena istri mendesak terus, akhirnya terpaksa saya izinkan istri untuk kerja. Karena menurut saya barangkali dia hanya bosan di rumah dan iri dengan teman-teman kuliah dia dulu yang sudah kerja semua di perusahaan-perusahaan.
Setelah 1 tahun kerja timbul masalah, kata orang “tumbuh cinta karena terbiasa”. Di tempat kerja mungkin istri saya biasa ketemu dan makan bareng habis kerja sama rekan nya, dan akhirnya timbulah perselingkuhan.
Gelagatnya pun mulai berubah, yang tadi keibuan berubah jadi pemarah, dan selalu melihat apa saja yang saya lakukan salah, apa yang saya beri kurang, dan sebagainya.
Namun sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Suatu hari saya dapat telpon dari petugas, saya di suruh datang menjemput istri , pada saat itu terbuka semuanya, ternyata istri tertangkap razia gabungan di kamar hotel kelas melati sama pasangan selingkuhnya, dan istri dari pasangan selingkuhnya juga dipanggil.
Hancur sudah, semua terasa gelap. Saya ingat betul betapa hancur dan sakitnya hati saya. Di sebelah sana juga saya lihat istri dari pasangan selingkuh istri saya menangis tiada henti .
Walaupun istri sempat cium kaki dan sujud di kaki saya waktu itu untuk mohon maaf, namun tetap sulit untuk menerimanya kembali. Butuh 4 orang petugas polisi untuk mendekap dan menenangkan saya agar tidak melakukan kekerasan, karena jujur saat itu pikiran sudah gelap.
Tidak terbayang istriku bisa selingkuh, yah memang saya kalah tampan dan kalah tinggi , apalagi bertubuh atletis berotot seperti pasangan selingkuhnya. Secara fisik saya kalah jauh karena saya tidak tampan, tidak tinggi, dan juga tidak atletis berotot. Paling tidak saya bertanggung jawab soal keluarga dan saya juga pekerja keras, dan saya juga hapal Al – Quran sejak lulus kuliah.
Dan sekalian saya berpesan untuk semua lelaki-lekaki tampan dan wanita-wanita cantik di luaran sana , ingatlah Allah sudah memberikan kelebihan fisik di atas rata-rata kepada kalian namun janganlah kalian gunakan kelebihan fisik tersebut untuk merusak dan menghancurkan rumah tangga seseorang, ingatlah yang kalian sakiti pada saat berselingkuh bukan 1 orang saja, tapi 1 keluarga, anak istri dan suami orang lain jadi korban semua.
Dan bila ada istri atau suami seseorang yang tertarik kepadamu, menjauhlah dan ingatkan mereka soal anak dan suami / istri yang menunggu nya di rumah, mudah-mudahan mereka sadar dan Allah ganti kebaikan yang kamu lakukan dengan pahala dan derajat yang tinggi.
Butuh waktu untuk sembuh, walau sudah 1 tahun masih ada rasa sesak jika teringat, walau tidak seperti dulu. Seorang sahabat mengatakan “itu Allah baik sama kamu, kasih liat watak istrimu yang sebenarnya, penghianat pergi tidak usah kau tangisi”.
Bicara memang mudah kawan, tapi bila tidak mengalami dan merasakan sendiri tentu pasti tahu butuh waktu untuk menata kepingan hati yang hancur berantakan, walau pun berhasil tertata tidak akan seperti dulu kawan, ada bekas luka di sana yang kau bisa rasakan, ada duka di wajahku yang kau tidak bisa hapus walau dengan lelucon dan tingkahmu yang kadang teramat konyol, dan ada getir di suaraku yang kau bisa dengar , dan tidak kah kau melihat kawan ? Jalanku pun tidak lagi tegap seperti dulu.
Rumah yang di bangun dengan susah payah serasa tidak berarti lagi, terasa sepi, andai tidak ingat anak-anak tentu sudah lama rumah ini saya tinggalkan, terlalu banyak kenangan di rumah ini. Ranjang pun terasa dingin, tidak ada lagi yang bisa kupeluk , tidak ada lagi yang bisa ku ajak berbagi cerita di kamar, berbagi beban dunia, dan tidak ada lagi kecupan menyambut pagi.
Ah, andai bisa kuputar waktu, tentu tidak akan kuizinkan istriku untuk bekerja istriku. Andai cintaku dulu cuma melakukan kesalahan soal uang, tentu akan aku maafkan dan bayar berapa pun kesalahan uang yang dia lakukan.
Entah apa yang Allah takdirkan untuk ku, andai saja aku bisa mengintip kitab yang sudah tertulis Lauh Mahfuz, aku berdoa semoga di sana tertulis juga akhir yang baik, dan tertulis nama pengganti pasangan yang sudah Kau usir dari sisi ku.
Ah istriku, andai kau lebih bersyukur dengan apa yang ada, tentu tidak akan ide untuk bekerja di pikiranmu. Andai saja izin itu tidak kuberikan selamanya, tentu saat ini kau masih dalam pelukanku.
Ah andai saja ketampanan semu itu tidak menggodamu, dan senyum manismu tidak membuat dia terpikat, tentu semua ini tidak akan terjadi. Entahlah siapa yang jadi iblisnya di sini, kamu atau dia.
Walaupun aku tahu kamu sangat menyesali nya, tentu saja berat untukku menerima mu kembali, bukankah Allah sudah berfirman :
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). ” ( An Nuur – 26 )
Entahlah, apa ini cobaan untukku, dan ujian buat istri ku dulu, yang ternyata dia tidak lulus.
Ah istri ku, andai saja kau bersabar, kalau sekedar ketampanan yang kau cari tentu aku juga bisa lebih tampan nanti ketika di surga dan kau akan tetap jadi bidadari ku di sana, ingatkah kau firman Allah :
“Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (QS. Luqmaan: 33)
Yang pasti sudah ku sadari , ternyata kebahagiaan di dunia ini semu.
– kadang ada kebahagiaan di sisi materi, namun keharmonisan dan kebahagian rumah tangga di hilangkan.
– kadang rumah tangga harmonis, namun di sisi materi mereka kesusahan.
– materi cukup , rumah tangga dan keluarga harmonis, ujian penyakit kau timpakan Ya Allah.
Sungguh benar firman mu ya Allah :
“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu” (QS. Al Hadid: 20)
Ah istri ku andai saja kau tidak bertemu lagi dengan teman-teman SMA mu dulu, tentu kau tidak akan bergabung di group BBM mereka, yang selalu membanggakan enaknya bekerja di perusahaan ini itu, dan tidak menuruti perkataan temanmu untuk bekerja juga.
Andai saja ku teruskan latihan hapalan Al Quran-mu yang sudah 56 surah tentu kau tidak lupa dengan firman Allah :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.” (QS. Al-An’am: 116).
Sungguh mencari nafkah tiada henti telah melalaikan ku mendidik dan membimbingmu cinta.
sumber : http://kisahnyata.org/curhat/mengijinkan-bekerja-istriku-malah-selingkuh/