Thursday, May 25, 2017

Setelah diperkosa kakak ipar, aku hanya bisa menangis sendiri




Rasanya badanku terasa remuk redam, tulang-tulangku lemah tak berdaya, aliran darahku mengalir tak beraturan, detak jantungku juga tidak berirama. Dalam sekejap saja semua hancur berantakan. Air mataku rasanya telah habis.
Pikiranku juga sudah gelap, semua terasa hilang, hampa. Aku juga sudah tidak bisa mengingat peristiwa semalam. Benar-benar kejadian yang telah membuatku hancur seketika itu. Rasa marah, benci, kecewa, sakit hati, menyesal, dendam semua campur aduk menjadi satu.

Ingin rasanya aku melawan, tapi aku bisa apa. Tenaganya begitu kuat sekali, aku juga tidak bisa teriak, karena mulutku dibungkamnya dengan kain. Kaki dan tanganku juga dia ikat dengan ranjangku. Aku tidak bisa bergerak. Aku hanya bisa memandangi wajahnya yang begitu bernafsu.

Oooohhh…rasanya sakit sekali, dia memaksaku. Aku mencoba berontak tapi sia-sia. Akhirnya aku hanya bisa pasrah, aku hanya bisa menahan rasa sakit dan menangis. Dan setelah itu dia meninggalkanku begitu saja.

Setelah diperkosa kakak ipar, aku hanya bisa menangis sendiri

Kini hanya ada aku yang menangis sendirian. Sakit sekali badan juga hatiku. Malam ini Mas Pras, kakak iparku telah menodaiku. Hhhhhaaaaaahhhh…ingin aku teriak sekencang-kencangnya, aku marah, aku benci dengan semua ini. Tapi percuma saja, karena di rumah hanya ada aku dan Mas Pras, semua penghuni rumah sedang keluar.

Aku hanya bisa menangis lemah, tak berdaya. Tak sanggup aku bayangkan wajah Mbak Maya, kakakku yang merupakan istri Mas Pras. Dia kakakku, yang telah menampung aku dan membiayai sekolah aku. Pasti hal ini akan membuat hati Mbak Maya sakit, hancur, kecewa, marah.

Ya Allah, rasanya aku tak sanggup menerima cobaan darimu yang begitu berat. Apalagi saat aku membayangkan wajah Aldo, pacarku yang juga calon suamiku. Bagaimana aku mengatakan nanti padanya. Aku telah ternoda, aku tidak suci lagi. Aku merasa kotor, aku benci dengan diriku sendiri.

Rasanya airmataku juga telah habis, mataku kering sembab memerah. Tak berapa lama, Mbak Maya datang bersama anak-anaknya. Mbak Maya memanggilku. “Mel, ayo makan dulu.” Seperti biasa dalam keluarga Mbak Maya selalu ada tradisi makan malam bersama.

Serba salah, mau ngadu, kasihan sama kakak. Gak ngadu takut terulang lagi

Tapi nggak mungkin aku keluar kamar dalam keadaan seperti ini. Apalagi aku tak sanggup untuk berhadapan dengan Mas Pras. Di mataku sosok Mas Pras telah berubah menjadi sosok monster yang sangat menakutkan bagiku.

“Mel, ayo makan dulu Mel.” Mbak Maya kembali memanggilku. Aku buru-buru mengatur nafas, aku tak ingin suaraku terlihat seperti habis menangis. “Maaf, saya nanti saja Mbak.” Jawabku pelan. “Kamu kenapa ? Sakit ?” tanya Mbak Maya lagi. “Enggak Mbak.” Jawabku buru-buru.

“Terus kenapa ? Banyak tugas ya ?”

“Iya Mbak.” Jawabku lagi.

“Ya udah, tapi jangan lupa makan ya, jangan sampai kecapekan.” Aku menangis lagi, rasanya Mbak Maya adalah seorang kakak yang sempurna bagiku. Mbak Maya adalah sosok pengganti Ibu yang telah lama meninggal saat aku masih kecil. Sejak Ibu meninggal, aku diasuh oleh Mbak Maya dan semua kebutuhanku dibiayai Mbak Maya.

Ahhh…hal ini sungguh membuatku terluka, terkapar tak berdaya. Tak kusangka Mas Pras begitu tega melakukan semua ini. Setan telah membutakan mata Mas Pras. Tidak mungkin  juga aku mengatakan apa yang telah terjadi. Pasti semua akan hancur, tidak juga Mbak Maya tapi juga anak-anak mereka. Pasti mereka akan malu seumur hidupnya.

Bahkan aku tak sanggup menjawab telepon dan SMS dari pacar

Tak berapa lama, HP ku berbunyi, rupanya SMS dari Aldo. “Mel, besok pagi aku jemput ya.” Hatiku semakin sakit, kala mengingat Aldo. Aku juga tidak mungkin berkata jujur pada Aldo, pasti akan menghancurkan mimpi-mimpinya. Karena lama aku tidak membalas SMSnya, lalu dia menelponku.

“Mel, kok kamu nggak balas SMS ku ?” Aku terdiam begitu lama, aku mengatur nafas, supaya suaraku terdengar normal seperti biasa. Aku tak ingin dia tahu keadaanku. “Ya Do…” jawabku. “Akhirnya…gimana besok aku jemput ya ?” tanya Aldo lagi, syukurlah dia tidak curiga dengan suaraku.

“Iya..sudah ya Do, aku mau kerjakan tugas.” Pintaku. “Ok…selamat malam, sayang.” Aduh, rasanya panggilan itu nggak pantas lagi bagiku Do. Kini aku hanyalah sampah yang kotor, rasanya aku nggak pantas menerima semua ini. Kamu terlalu baik padaku, Do.

Aku tidak sanggup melihat mereka hancur, cukup aku saja yang hancur. Biarkan aku saja sendiri yang menanggung semua ini sendiri, biar saja airmata ini milikku sendiri. Tak perlu mereka merasakan luka ini, pedih ini. Aku yakin aku pasti bisa melalui ini. Yang penting mereka bahagia.

Akhirnya ku putuskan untuk pergi meninggalkan semuanya

Dan setelah berpikir agak lama, akhirnya aku memutuskan untuk pergi dari mereka. Aku harus menghilang dari kehidupan mereka. Untuk tinggal di rumah Mbak Maya, rasanya aku sudah tidak sanggup lagi. Di sisi lain aku harus kasihan saat melihat Mbak Maya, tapi di sisi lain aku sangat benci dan marah ketika melihat Mas Pras.

Sementara Aldo, aku tidak sanggup melihat orang yang sangat aku sayangi harus hancur menanggung marah, benci, sakit hati, kecewa, dendam saat tahu kejadian kemarin.

Kini tekadku sudah bulat, aku memutuskan untuk pergi ke luar pulau. Di sana aku punya teman, aku bisa bekerja dan memulai hidup baru. Aku hanya berharap mereka bahagia, walaupun mungkin kepergianku membuat Aldo ataupun Mbak Maya merasa kehilangan, tapi pasti hal itu sebentar saja. Waktu yang akan menghibur mereka. Tapi kalau akau tetap bertahan di sini dan berkata jujur, pasti semua akan terluka, hancur dan malu sepanjang hidup mereka.



Aku tidak mau hal itu terjadi, karena aku sangat menyayangi mereka. “Aldo, kamu adalah orang yang aku sayang, yang di dalam mimpiku, kamu akan jadi Ayah bagi anak-anakku. Tapi karena rasa sayang, cintaku, aku harus melakukan semua ini, aku harus merelakan mimpi-mimpi kita. Cukup aku yang tahu apa alasanku sehingga aku memutuskan untuk mundur dari mimpi-mimpi kita. Aku hanya ingin kamu bahagia, itu saja. Doaku selalu untukmu..” Dan kulipat selembar kertas yang telah aku tulis dengan berurai air mata.

Maafkan aku kekasihku, aku merasa kotor dan tak sanggup berjumpa denganmu

Aldo, walaupun di saat aku lemah, engkau selalu menyediakan bahumu untukku menangis sepuasku. Tapi kali ini tidak, aku harus menyembunyikan air mata ini darimu. Kamu tidak boleh melihat air mataku ini sedikitpun. Dan kali ini bukan cinta yang salah, tapi keadaan yang membuatku harus mengakhiri semuanya.

Dan aku memutuskan pagi-pagi sekali meninggalkan rumah kakakku. Selamat tinggal Kakak. Aku sangat berterima kasih padamu Kak. Dan seiring berjalannya bis kota yang ku tumpangi maka kututup lembaran hidupku yang kelam di kota ini, ku tinggalkan orang-orang yang sangat ku sayangi dan menyayangiku. Aldo, pasti hatiku akan sangat merindukanmu di sana. Aku usap air mataku, semoga ini air mata terakhir yang keluar dari mataku.(AF)

Terima kasih telah membaca cerpen perkosaan adik oleh kakak iparnya sendiri. Semoga cerita pendek diatas dapat menghibur sekaligus menambah pengetahuan serta inspirasi dan motivasi bagi sobat Bisfren dalam menjalin hubungan. Salam sukses.


sumber:https://bisfren.com/bukan-cinta-yang-salah.html

1 comment: