Sunday, May 14, 2017

Wanita Ini Terpaksa Berselingkuh Demi Memenuhi Hasrat Batinnya




                                       

              Aku Terpaksa Berselingkuh



      Walaupun selama ini aku telah berupaya untuk mencintai suamiku yang merupakan pilihan kedua orang tuaku tapi tetap saja tidak bisa. Hubungan suami istri yang aku jalani selama ini terasa hambar bagai sayur tanpa garam.
Pepatah orang tua yang menyatakan, nanti juga cinta itu datang dengan sendirinya ternyata tidak terbukti. Sudah beberapa tahun aku menikah, rasa cinta itu tidak datang juga yang ada malah perasaan tertekan, resah dan gelisah. Namun demikian aku tetap bertahan tidak meminta untuk berpisah karena takut menyakiti perasaan orang tua.
Sejak awal menikah aku memang tidak mencintai suamiku. Aku menikah karena keinginan kedua orang tuaku saja yang terus memaksa aku untuk segera menikah karena suamiku mempunyai pekerjaan tetap dan termasuk orang mapan dalam kehidupannya. Perjodohan yang dilakukan oleh orangtua memang merupakan suatu perampasan hak, namun harus bagaimana lagi, aku tak mampu untuk  menolak karena takut dosa juga takut mengecewakan mereka.
Namaku Wulan (bukan nama sebenarnya), sementara suamiku sebut saja Dani (juga bukan nama sebenarnya). Usiaku dengan suamiku terpaut sangat jauh, hampir 20 tahun lebih. Namun karena suamiku orang kaya dan mempunyai jabatan akhirnya kedua orang tuaku langsung menyetujui saat suamiku datang ke rumah dan menyatakan ingin mempersuntingku menjadi isterinya. Saat menikah dengan suamiku aku merupakan isteri untuk yang kedua kalinya karena isteri pertamanya telah meninggal.
Tentu saja awalnya aku menolak permintaan kedua orang tuaku tersebut, bagaimana tidak aku menolak calon suamiku dari sisi usia sangat jauh mungkin apabila aku gambarkan calon suamiku sepantaran dengan ayahku, dan alasan yang kedua adalah aku tidak mencintainya bagaimana nanti aku bisa sayang dan memahami calon suamiku apabila dari awal aku tidak mencintainya.
Batin ini berkecamuk, terus terang pada saat itu batinku menyuruhku untuk berontak dan menolak keinginan kedua orang tuaku apalagi sebenarnya tanpa sepengetahuan kedua orang tuaku aku telah mempunyai pria idaman. Namun setelah aku pikirkan bolak-balik dengan berbagai pertimbangan akhirnya aku mengalah dan menerima keinginan kedua orang tuaku.
Singkat cerita kami pun menikah, aku mencoba ikhlas untuk mencintai suamiku dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Tak terasa dua tahun sudah aku mengarungi bahtera rumah tangga dengan suamiku, kebahagianku sebagai seorang isteri lengkap dengan kehadiran sang buah hati.
Sebenarnya hubungan perkawinan dengan suamiku terbilang baik-baik saja sebagai seorang suami dia telah memberikanku nafkah lebih dari cukup bahkan berlebih. Semua kebutuhanku ia penuhi dan bahkan apapun keinginanku tidak ada yang tidak ia  penuhi, rumah, mobil, perhiasan uang tabungan pokoknya semua ia berikan.
Namun satu hal yang ia tidak bisa berikan kepadaku yakni kebutuhan batinku, sebetulnya sebagai seorang lelaki normal dan sehat suamiku tidak ada masalah hanya mungkin karena faktor umur tentu saja staminanya menurun sehingga ia jarang sekali menyentuhku. Selain itu kesibukannya sebagai seorang PNS, belum lagi dengan sejumlah usaha yang ia miliki sehingga ia jarang sekali meluangkan waktu di rumah bahkan pada hari libur sekalipun, apabila ada pekerjaan suamiku pasti akan lebih mementingkan pekerjaannya ketimbang berkumpul denganku dan anaknya.
Selama ini aku tinggal di rumah bersama anakku, hari-hariku habiskan berdua dengan anakku dan aku mencoba menghibur diri dengan anakku. Sebenarnya sebagai perempuan sekaligus isteri wajar apabila membutuhkan pelukan kasih sayang suaminya, dan itu aku jarang rasakan selama tiga tahun berumah tangga dengan suamiku.
Sebenarnya sebelum mempunyai anak, aku sempat merasa tertekan karena setiap hari aku sendirian di rumah sementara suamiku jarang sekali berada di rumah. Sehingga terkadang aku main kerumah orang tua ataupun orang tuaku yang aku minta tinggal di rumah menemaniku, bahkan saat rasa tertekan tengah memuncak aku pernah beberapa kali berselingkuh dengan lelaki bekas mantan pacar aku dulu. Karena walaupun aku sudah menikah dengan suamiku hubunganku dengan mantan pacarku sebut saja Dadang baik-baik saja, kami berdua masih sering komunikasi tentunya itu tanpa sepengetahuan suamiku.
Terus terang dengan suamiku jarang ada dirumah, kesempatan aku untuk berselingkuh dengan Dadang sangat memungkinkan sekali. Aku sering mencari alasan untuk pergi ke Bandung untuk menghadiri acara reuni dengan teman-teman kampusku, namun saat disana justru aku memafaatkan waktu untuk menemui mantan pacarku dan melampiaskan semua kebutuhan batinku dengan Dadang yang notabene bukan suamiku.
Namun pepatah mengatakan janganlah kita menyimpan bangkai karena walaupun ditutup-tutupi dengan rapat sekalipun, baunya akan tercium juga. Begitu pun kisah asmara terlarangku dengan Dadang akhirnya diketahui oleh suamiku. Akhirnya suamiku mendapat laporan dari sopir yang selalu mengantarku. Namun anehnya walaupun aku sudah ketahuan berselingkuh dengan lelaki lain suamiku tidak sampai marah besar, apalagi  menceraikanku.
Suamiku sempat marah, akan tetapi hubungan kami langsung baik lagi setelah aku berikan penjelasan. Namun setelah kejadian tersebut suamiku semakin memprotek aku, di rumahku kini ada sopir yang selalu standby mengawasiku pergi selain itu suamiku menyewa baby sister dan pembantu.
Sejak saat ini aku mencoba kembali bersikap ikhlas dan menahan semua perasaan batinku yang sangat tertekan, dan untung saja ada kehadiran sang buah hati. Jadi waktuku bisa aku curahkan semuanya untuk anakku yang kini sedang lucu-lucunya, hubunganku dengan suamiku pun kembali normal dan harmonis.
Singkat cerita aku dipertemukan dengan salah satu anak buah suamiku, sebut namanya Budi (bukan nama sebenarnya). Budi ini sering sekali kerumahku mengobrol dengan suamiku untuk membahas pekerjaan, sehingga saat Budi datang kerumah semua asisten dan sopir tidak menaruh curiga. Dan tanpa disengaja aku mengobrol dengan Budi, kebetulan pada waktu itu suamiku belum datang kerumah masih di kantornya sehingga Budi harus menunggu lama.
Obrolanku dengan Budi tanpa disadari begitu dalam, kami berdua saling tukar nomor handphone hingga pin BB. Sebenarnya Budi statusnya sudah menikah, namun dari obrolan dengan Budi entah kenapa aku merasa nyambung tenyata dia juga sebenarnya mengalami hal yang serupa dia merasa tidak nyaman dengan isterinya.
Aku pun akhirnya sering curhat kepadanya terutama soal suamiku, begitu sebaliknya. Mungkin Budi menangkap betul setiap curhatanku padanya, sampai akhirnya dan tidak tahu awalnya bagaimana aku kembali mengkhianati suamiku. Aku berselingkuh dengan Budi, karena Budi ini anak buah suamiku, semua asisten rumah tanggaku tidak menaruh curiga sedikitpun apabila ia datang kerumahku.
Perbuatan jahat bukan hanya karena ada niat, akan tetapi karena ada kesempatan pasti bisa terjadi. Aku pun demikian seketat apapun protek yang dilakukan suamiku namun apabila ada kesempatan dan waktu aku bisa mengkhianati suamiku. Hubungan terlarangku dengan Budi masih aku jalani hingga sekarang, dan entah bagaimana aku menghentikannya. Aku sadar apa yang aku lakukan ini salah, namun satu sisi lain kebutuhan batinku sebagai seorang perempuan ingin terpenuhi











          sumber: http://sinarmedia-news.com/aku-terpaksa-berselingkuh/#comment-10

No comments:

Post a Comment